Mahasiswa/Alumni Universitas Indraprasta PGRI12 Juli 2022 1449Jawaban yang tepat adalah yang 2 Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut. Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang pinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup dan banyak yang mengatakan bentuknya seperti dandang terbalik namun memiliki banyak hiasan. Nekara digunakan saat upacara, untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai untuk genderang perang, dan upacara pemanggil hujan, upacara pernikahan, upacara pemakaman, dan sebagainya. Sedangkan mendinginkan air bukanlah fungsi dari Nekara Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah 2Mendinginkan air Semoga membantu ya
ContohPenerapan : Kita membeli Prosesor PI 200 Mhz dan motherboard yang memiliki tabel keterangan jumper FSB dan Ratio sebagai berikut : JP 1 FSB 1-2 25 Mhz 1-3 50Mhz 2-3 100 Mhz JP 2 Ratio 1-2 2 X 1-3 2,5 X 2-3 4 X Untuk mendapatkan Prosesor ID, kita memiliki dua buah alternatif konfigurasi sebagai berikut : FSB X Ratio = Prosesor ID 1
Pada umumnya upacara kematian dilakukan dengan cara dikubur, namun ternyata ada sejumlah daerah-daerah di Indonesia yang memiliki sejumlah tradisi yang berbeda dari upacara kematian umumnya. Sebenarnya tradisi-tradisi tersebut adalah peninggalan kebudayaan sebelum datangnya agama Islam dan kristen ke Indonesia. Berikut 14 tradisi unik upacara kematian di Rambu Solo’ - Toraja SelatanUpacara kematian Rambu Solo’ diselenggarakan secara besar-besaran. Persiapan upacara ini dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan. Sementara menunggu persiapan selesai, jasad yang akan dimakamkan di semayamkan terlebih dahulu dalam sebuah peti. Upacara ini disertai dengan upacara penyembelihan berbagai hewan ternak, terutama kerbau. Semakin tinggi status sosial maka semakin banyak kerbau yang akan disembelih. Jumlah kerbau tersebut dapat berkisar antara 24 – 100 ekor. Brobosan dilakukan dengan cara berjalan mondar-mandir sebanyak 3 kali dimulai dari sisi sebelah kanan keranda menerobos bagian bawah keranda jenazah yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Ritual ini dilakukan sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Tujuan dilakukannya tradisi ini adalah untuk menghormati orang yang sudah meninggal serta mengambil tuah dari orang tersebut. Misalnya jika orang tersebut berumur panjang ataupun memiliki ilmu yang tinggi. Dipercaya bahwa semua tuah itu akan menurun pada anggota keluarga yang melakukan brobosan. Jika yang meninggal masih anak-anak maka tradisi ini tidak ini berupa proses kremasi atau pembakaran jenazah. Tujuan dari upacara ini adalah untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal. Jika pihak yang meninggal tersebut berasal dari kasta tinggi maka upacara ngaben akan segera dilaksanakan. Sebaliknya jika orang tersebut berasal dari kasta rendah maka jenazahnya biasanya dikuburkan terlebih dahulu untuk kemudian digali kembali ketika akan diselenggarakan ngaben. Upacara ini dapat memakan waktu hingga berhari-hari. Puncaknya adalah pembakaran jenazah beserta kerandanya yang berbentuk lembu atau vihara. Berhubung upacara ini dapat menelan biaya yang mahal maka bagi orang yang tidak memiliki cukup uang dapat menyelenggarakan upacara ini secara kolektif. 4. Saur Matua - Sumatera UtaraUpacara ini dilakukan khusus untuk seseorang yang meninggal pada saat semua anaknya sudah menikah dan memiliki anak. Dalam upacara ini ada pembagian khusus terhadap hewan yang disembelih kepada pihak-pihak yang meninggal di desa ini tidak dikuburkan maupun dibakar. Jenazah akan diletakkan di bawah sebuah pohon yang disebut taru menyan. Jenazah hanya akan ditutupi dengan sungkup bambu. Di sekitarnya diletakkan beberapa perlengkapan mendiang. Dikabarkan bahwa meskipun demikian tempat ini tidak mengeluarkan bau busuk. Hal ini dipercaya disebabkan oleh pohon taru menyan yang menaungi tempat tersebut mampu melenyapkan bau-bau yang dihasilkan oleh mayat-mayat yang diletakkan di adalah sebuah kepercayaan peninggalan zaman megalitikum. Upacara kematian dengan menggunakan tradisi ini masih sarat dengan kepercayaan akan kekuatan roh nenek moyang. Upacara kematian marapu dapat menelan biaya yang sangat mahal. Hal ini disebabkan karena ada sejumlah hewan ternak yang harus disembelih sepanjang prosesi ini. Oleh karenanya upacara kematian ini dapat ditunda hingga bertahun-tahun seteah kematian seseorang. Penganut kepercayaan marapu juga memakamkan jenazah dalam posisi seperti janin dalam rahim. Kuburan yang digunakan juga unik yaitu berupa batu yang diberi lubang dan kemudian ditutup dengan batu lagi. Tradisi ini tentunya mengingatkan kita pada sarkofagus dari zaman batu ya dulu orang-orang di Minahasa dikuburkan dalam sebuah kotak batu yang ditutup dengan sebuah penutup berbentuk limas segiempat. Jenazah diletakkan dalam kotak batu yang disebut waruga dalam posisi tumit menyentuh pantat dan muka mencium lutut. Tradisi ini kemudian dilarang sekitar tahun 1870’an oleh Belanda menyusul merebaknya wabah pes dan Mumifikasi suku Asmat - PapuaTidak sembarang jenazah yang dimumifikasi oleh suku Asmat. Tradisi ini hanya dilakukan pada jenazah-jenazah kepala suku atau orang-orang tertentu yang memiliki posisi penting dalam suku tersebut. Kalau kita perhatikan dari ulasan-ulasan sebelumnya sepertinya posisi memeluk lutut itu memang posisi sakral dalam kepercayaan animisme – dinamisme ya Iki Palek suku Dani - PapuaJika ada bagian anggota keluarga yang meninggal maka anggota keluarga yang masih hidup akan memotong ruas jari tangannya. Hal ini merupakan simbol kedukaan. Umumnya hal ini hanya dilakukan oleh wanita tertua di keluarga tersebut, namun ada juga kaum lelaki yang ikut melakukannya sebagai simbol kesetiaan. Proses pemotongan jaripun dilakukan dengan spontan menggunakan benda tajam ataupun menggunakan gigi alias digigit hingga putus. 10. Tiwah suku Dayak - Kalimantan TengahProsesi ini dilakukan oleh penganut agama kaharingan. Jasad yang sudah dikuburkan kemudian digali. Tahapan selanjutnya adalah pensucian tulang-belulang tersebut melalui suatu upacara khusus disertai dengan penombakan sejumlah hewan ternak. Tahapan akhir adalah meletakkan tulang-belulang tersebut ke dalam sebuah tempat khusus yang tidak menyentuh Sirang-sirang suku batak marga Sembiring – Sumatera UtaraSirang-sirang merupakan upaca kremasi yang diduga merupakan pengaruh agama hindu. Abu jenazah yang sudah dibakar kemudian dilarungkan ke sungai. Tradisi ini hanya dilakukan zaman dulu. Tradisi ini berhenti dilaksanakan karena dianggap rumit dan mengerikan. Faktor lainnya adalah karena masuknya pengaruh agama Islam dan Kristen dalam marga Kuburan bayi Kambira - TorajaProsesi ini berlaku bagi bayi-bayi asal Tana Toraja yang meninggal sebelum tumbuh gigi. Pohon yang dijadikan lokasi pemakaman adalah pohon Tarra yang memiliki banyak getah. Jenazah bayi akan dimasukkan dalam lubang yang dibuat pada pohon tersebut tanpa berbalut kain. Tujuannya adalah agar bayi tersebut dapat terlahir kembali lewat rahim yang Makam di atas Tanah dayak Benuaq - KalimantanMasyarakat dayak Banuaq tidak menguburkan jenazah orang yang sudah meninggal di dalam tanah. Pada saat pertama kali meninggal, jenazah akan dimasukkan dalam kayu bulat dan digantung di sekiar rumah hingga menjadi tulang belulang. Setelah itu akan dilakukan upaca pemberkatan dan tulang-belulang tersebut akan dipindahkan ke dalam kotak kayu ulin yang permanen. Kotak kayu ini disangga oleh beberapa Batu Lemo - Tana TorajaPara bangsawan Tana Toraja akan dikuburkan dalam bukit batu. Sebuah lubang berukur 3 x 5 pada bukit tersebut biasanya diisi oleh satu keluarga. Di masing-masing lubang biasanya ada sejumlah patung kayu yang disebut tao-tao. Nah itu tadi 14 tradisi unik upacara kematian yang ada di Indonesia. Bagaimana menurut Sobat Kumparan sekalian, apakah kalian berminat untuk menyaksikan secara langsung upacara tersebut?
Cermatidata berikut ini! mengiringi ritual kematian mendinginkan air upacara memanggil hujan sebagai genderang perang sebagai alat upacara Dari pernyataan pernyataan di atas, yang bukan fungsi Nekara ditunjukkan Read More Soal USBN Sejarah Pengaruh budaya India ke Indonesia dalam bidang agama Doni Setyawan | Mei 26, 2020
1. Pitru Paksha, India Ritual kematian pertama datang dari India. Ritual yang bernama Pitru Paksha tersebut berlangsung selama 16 hari dan merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur yang meninggal. Asal-usul ritual ini adalah kisah dalam mitologi Hindu tentang prajurit Karna yang ketika mati dan tiba di surga diberi makan berupa emas. Ia tidak memperoleh makanan yang wajar layaknya nasi dan lauk-pauk. Itu karena selama hidup, barang yang Karna berikan kepada sesama yang tidak mampu ialah emas dan perhiasan lain. Ia tidak pernah memberi makanan. Dewa Indra, dewa yang ia temui di surga, mengizinkannya untuk kembali ke bumi selama 16 hari untuk memberi makanan kepada orang yang membutuhkan supaya saat di surga ia juga bisa memperoleh makanan. Sumber Apa yang dilakukan warga India dalam ritual Pitru Paksha? Pertama, mereka mempersembahkan sajian makanan berupa bola-bola nasi yang disebut pind daan. Kedua, mereka menyajikan minuman berupa air mineral yang dicampuri gandum dan bijian-bijian. Tujuannya adalah untuk menyenangkan arwah leluhur. Ritual ini bisa dilakukan di rumah, candi, ataupun di sungai. Lantas, apa yang unik dari ritual Pitru Paksha? Selama 16 hari periode ritual, warga dilarang keramas, memotong kuku, bercukur, membeli baju baru, mencuci baju, dan bertamu ke rumah orang. Yang lebih unik adalah warga bahkan dilarang untuk bertemu dengan kekasih. Waduh…. 2. Hungry Ghost, China Sumber foto oleh Nathan Tsui Ritual kematian di China disebut Hungry Ghost atau hantu lapar. Ritual ini dilaksanakan pada bulan ketujuh menurut penanggalan China. Diyakini bahwa pada bulan ketujuh, arwah orang yang meninggal bangkit dari alam kubur dan turun ke bumi untuk mengunjungi kerabatnya yang masih hidup. Dalam ritual ini, warga China harus mengosongkan beberapa kursi di meja makan. Kursi yang kosong tersebut disediakan bagi para arwah. Jadi, seolah-olah para arwah makan bersama dengan mereka. Hmmmm, lumayan serem, ya. Ketika masa pelaksanaan ritual berakhir, warga harus mengantarkan para arwah kembali ke alam baka. Hal tersebut ditandai dengan penghanyutan lentera berbentuk bunga teratai di sungai. Keunikan dari ritual Hungry Ghost adalah warga harus membuat “kerajinan tangan” dari karton yang dibentuk menyerupai uang, baju, dan perhiasan emas. Seluruhnya lalu dibakar. Itu adalah simbol untuk memberi makan para arwah. Larangannya pun nggak kalah unik, misalnya nggak boleh bersandar di tembok. Saat bersandar di tembok, kamu bakal dikelilingi banyak hantu dan bisa-bisa kamu kesurupan. Widihhh…. 3. Lemuria, Italia Sumber Ritual Lemuria di Italia berawal dari kisah Romulus dan Remus, dua bersaudara penemu Kota Roma. Singkat cerita, Remus dan Romulus terlibat perselisihan dalam perjalanan mereka menemukan Kota Roma. Perselisihan tersebut membuat Romulus membunuh Remus. Suatu malam, diceritakan arwah Remus yang berlumuran darah muncul di kamar Romulus. Untuk menenangkan sekaligus melenyapkan arwah Remus, terciptalah ritual Lemuria. Lemuria diambil dari kata lemures yang berarti arwah yang tidak tenang karena tidak dimakamkan dengan layak. Dibandingkan Pitru Paksha dan Hungry Ghost, ritual Lemuria jauh lebih unik, bahkan terkesan nyeleneh. Dalam ritual ini, kepala keluarga bangun tengah malam lalu mencuci tangannya sebanyak tiga kali. Sesudahnya, ia berjalan menyusuri satu isi rumah sambil melempar kacang melewati pundak dan berkata, “Jadikan kacang ini sebagai penebus bagi saya dan leluhur saya”. Saat kepala keluarga sibuk melempar-lempar kacang, anggota keluarga yang lain memukul-mukul pot dan panci sambil berkata, “Pergilah hantu leluhurku”. Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut tentang kisah Romulus dan Remus, kamu bisa klik ini. 4. Famadihana, Madagaskar Di Madagaskar, negara yang terletak di Benua Afrika, ritual kematian Famadihana dilakukan oleh suku Malagasi. Dalam ritual itu, warga mendatangi kuburan untuk membungkus mayat yang telah berubah menjadi tulang-belulang dengan kain kafan yang baru. Itu merupakan wujud cinta warga terhadap anggota keluarganya yang telah meninggal. Ritual Famadihana dilakukan setiap 5, 7, atau 9 tahun sekali. Jadi, nggak heran apabila mayat sudah berubah menjadi tulang-belulang. Warga menggali kuburan tempat anggota keluarganya dimakamkan, mengambil mayat, lalu membungkus mayat itu dengan kain kafan baru. Warga menggali kuburan tempat anggota keluarganya dimakamkan, mengambil mayat, membuka kain kafan yang membungkusnya, lalu membungkusnya dengan kain kafan baru. Yup, dalam Famadihana, warga benar-benar memegang mayat. Coba bayangin kalau kamu yang melakukan ritual ini. Merinding nggak, sih? Sumber diambil dari AFP or licensors Proses ritual Famadihana nggak berhenti sampai mayat dibungkus dengan kain kafan baru. Selanjutnya, warga menggotong mayat lalu berputar mengelilingi makam sambil menari-nari. Gerakan berputar melambangkan rotasi bumi sekaligus menandakan siklus kehidupan baru. Kenapa siklus kehidupan baru? Menurut kepercayaan masyarakat setempat, ketika mayat diletakkan kembali ke dalam kubur, mayat tersebut memasuki fase kehidupan baru sebagai leluhur. Mayat harus diletakkan kembali ke dalam kubur sebelum matahari terbenam. Ini untuk menghindari energi negatif yang terkandung saat malam hari. Sebelum dikembalikan ke kubur, mayat disemprot dengan cairan alkohol. Di dalam kubur pun sudah tersedia sejumlah uang hasil sumbangan para warga. Ingin merasakan sensasi merinding ritual Famadihana? Tonton videonya di halaman ini. 5. Dia de Los Natitas, Bolivia Pawai tengkorak. Itulah pemandangan yang kamu lihat saat suku Ameyra di Bolivia, negara di Amerika Selatan, melaksanakan ritual Dia de Los Natitas. Dalam ritual yang diselenggarakan pada awal November itu, kepala tengkorak dari anggota keluarga yang sudah meninggal diletakkan dalam kotak dan didandani sedemikian rupa. Kepala-kepala tengkorak tersebut dihias dengan bunga berwarna-warni, topi, atau pita. Ada juga yang dipasangi kacamata dan perhiasan. Pokoknya dirias sekece mungkin, deh. Semakin kece riasan di kepala tengkorak, semakin banyak berkat yang akan diperoleh keluarga tersebut. Setelah dirias, kepala-kepala tengkorak tadi diarak sepanjang jalan menuju pemakaman. Parade tengkorak tersebut semakin meriah dengan pertunjukkan band. Masyarakat setempat percaya bahwa ritual Dia de Los Natitas membuat arwah orang yang sudah meninggal bisa hidup tenang di alam baka. Jika hidup tenang, dipercaya arwah tersebut akan membantu keluarganya yang masih ada di dunia untuk hidup sejahtera dan bahagia. Sumber diambil dari Juan Karita/ AP/ REX/ Shutterstock Menurut keyakinan suku Ameyra, manusia memiliki tujuh jiwa. Ketika meninggal dan sudah dikubur, enam jiwa menuju surga, sementara satu jiwa masih tertahan sampai mayat berubah jadi tengkorak. Setelah sekian lama terkubur, keluarga almarhum menggali kubur dan mengambil kepala tengkorak. Ini bertujuan untuk melepaskan jiwa yang tertahan di situ. Kepala tengkorak tersebut lantas disimpan di rumah untuk nantinya diarak pada ritual Dia de Los Natitas. Kalau kamu masuk rumah suku Ameyra, kamu bakal nemuin kepala-kepala tengkorak di dalamnya. Sehari-hari mereka memang hidup bersama kepala tengkorak. Ngeri juga ya…. 6. Dia de Los Muertos, Meksiko Sumber Ritual Dia de Los Muertos diselenggarakan setiap 1—2 November. Tanggal tersebut merupakan hari libur nasional di Meksiko. Saat ritual ini berlangsung, warga tumpah ke jalanan dan berparade dengan wajah dirias menyerupai tengkorak. Selain bersenang-senang dalam parade, warga juga mendatangi makam anggota keluarga mereka yang meninggal. Mereka membersihkan makam dan membawa persembahan, seperti lilin, bunga, makanan, dan minuman. Di rumah, mereka memasang ofrendas altar yang di atasnya terdapat, antara lain foto almarhum, tengkorak, permen berbentuk tengkorak, dan barang-barang kesukaan almarhum semasa masih hidup. Masyarakat setempat percaya, saat ritual Dia de Los Muertos berlangsung, para arwah akan turun ke bumi dan berbaur dengan keluarga mereka. Baca juga 8 Negara dengan Ritual Pemakaman Paling Unik di Dunia
. 54 201 256 387 448 34 454 410
perhatikan data berikut ini 1 mengiringi ritual kematian