menarikdibaca : Simon Sanjaya, Sang Inovator Air Hujan . Model penampungan air di kantor PPLH Bali dengan tandon air di atas tanah. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia . Sedangkan di Kantor PPLH Bali di Denpasar, bak penampungan air hujan ditempatkan di atas permukaan tanah. Risikonya terpapar matahari sehingga memungkinkan organisme hidup.
Unduh PDF Unduh PDF Pengumpulan air hujan bisa membantu lingkungan karena mengurangi jumlah air yang harus diekstrak dari dalam bumi atau diproses di fasilitas pengolahan air minum. Anda bisa mengurangi jejak karbon sekaligus tagihan air dengan cara menggunakan air hujan yang telah dikumpulkan untuk menyiram taman dan kebun, mencuci mobil, bahkan sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga setelah airnya disaring dengan layak. Volume air hujan yang bisa dikumpulkan dari rumah dengan luas atap 180 m2 rata-rata mencapai sekitar liter per tahun, tergantung lokasi rumahnya. Langkah-langkah berikut akan membantu Anda untuk mengumpulkan air hujan di halaman rumah. Langkah 1 Kumpulkan air hujan yang turun ke dalam tong, tangki polietilena besar, atau bahkan tangki kayu atau kaca serat fiberglass. Tong bisa Anda beli di toko material atau perkakas, atau bisa Anda buat sendiri. Tong umumnya dibuat dari bahan plastik dan bisa diletakkan di bawah talang untuk menampung air hujan yang mengucur dari atap rumah. Talang biasanya memiliki pipa yang menyalurkan air ke bawah. Anda bisa menyambungkan selang ke katup pipa dan menggunakan air untuk keperluan di halaman. Biasanya saluran air ini mengalir sesuai gravitasi. Artinya, Anda harus menggunakan pompa kalau hendak mengairi area yang lebih tinggi dari tong. Tong keluaran terbaru kebanyakan memiliki penutup untuk mencegah nyamuk, binatang, dan anak-anak menggunakan airnya. Tong air juga harus dipasang dengan kuat agar tidak sampai terbalik dan tumpah isinya. 2 Pasanglah sistem penampungan air hujan. Sistem penampungan air hujan juga disebut “sistem resapan air hujan” terdiri dari tangki besar yang ditanam di bawah tanah. Tangki akan menampung air hujan yang mengucur dari atap, menyaringnya, kemudian memompa air untuk kebutuhan di seluruh rumah. Anda bisa menggunakan air hujan untuk memasak, mandi, mencuci pakaian, menyiram tanaman, bahkan mencuci mobil. Sistem resapan air hujan ini terbilang mahal dan harus dipasang secara profesional. Anda juga harus memiliki pompa atau tangki bertekanan untuk mengalirkan air dari dalamnya. 3 Buatlah taman air hujan. Pembuatan taman air hujan sederhana bisa dilakukan dengan memanfaatkan air yang mengalir dari atap rumah atau talang. Dengan air tersebut, Anda bisa membuat taman air atau memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman. Namun, air dari sistem taman air hujan tidak bisa digunakan untuk keperluan lain. Anda juga bisa menggunakan sistem taman air hujan untuk menutupi tangki penyimpanan serta pompa bawah tanah. Dengan begitu, Anda bisa menggunakan air dari taman air hujan untuk keperluan lainnya, bahkan untuk keperluan rumah tangga. Sistem ini bisa dibuat sederhana maupun rumit, tergantung bujet Anda, dan biasanya harus dipasang secara profesional. 4 Gunakan rantai hujan alih-alih talang air air hujan adalah alternatif dekoratif pengganti talang biasa. Rantai yang biasanya dibuat dari tembaga ini akan mengalirkan air hujan dari atap rumah melewati rantai atau “mangkuk-mangkuk” menuju ke kebun, ember, tong, atau sistem penampungan air hujan lain. 5 Manfaatkan peralatan rumah tangga atau halaman lain untuk menampung air sederhana seperti ember, kolam plastik, dan pot bisa digunakan untuk mengumpulkan air hujan. Airnya bisa Anda gunakan untuk menyiram taman dan kebun. Awasi penggunaan benda-benda besar yang dipakai untuk menampung air hujan jika Anda memiliki anak kecil atau hewan peliharaan. Air yang ditampung di wadah terbuka harus digunakan dengan segera atau ditutup untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya. Iklan Ada banyak jenis tong yang bisa digunakan untuk menampung air hujan, dari yang berbahan plastik biasa sampai ke tong kebun dekoratif yang disertai tempat untuk meletakkan tanaman. Anda juga bisa menghias tong air hujan atau sistem penampungan lainnya dengan bunga atau teralis untuk cantik dan menyatu dengan lanskap. Iklan Peringatan Beberapa daerah memiliki peraturan tentang sistem penampungan air hujan. Cari tahu tentang peraturan ini di daerah Anda. Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
AirTanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 2. Izin Pemakaian Air Tanah adalah izin untuk memperoleh hak guna pakai air dari pemanfaatan Air Tanah. membuat bak penampungan air bekas pemakaian yang masih mempunyai kualitas cukup baik untuk dapat dipergunakan kembali;
BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid Asnan BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid Asnan BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid AsnanIajuga membuat titik-titik instalasi penampungan air hujan untuk mengurangi pemanfaatan air bawah tanah. Terlebih desanya, Yehembang Kauh kini mengalami musim krisis air terutama saat kemarau. Padahal dulu jadi area sumber air. Bawa menargetkan membuat 108 kolam terdiri dari sebagian kolam penampungan air hujan.